Gowes Wisata ke Curug Sawer

Curug Sawer terekam dalam memori saat pulang dari Gunung Bunder mencoba lewat jalan alternatif, via Curug Luhur. Jalur yang semula dikira kondangan itu ternyata menyimpan tanjakan yang aduhai. Beberapa peserta yang tak siap akhirnya tertatih-tatih saat menanjak. Meski jalur ini disuguhi beberapa turunan ekstrem toh tanjakan tetaplah menghantui mereka.

Nah, ketika berhenti di sebuah warung menunggu peserta yang ketinggalan, saya membaca plang nama Curug Sawer dengan estimasi jaraknya. Ada suasana petualangan di curug itu.

Memori Curug Sawer sempat terpendam oleh memori-memori lain sampai akhirnya terbangkitkan oleh foto profil seorang teman di Facebook. Foto diri teman saya dengan latar belakang air terjun. Setelah tanya2, ternyata itu di Curug Sawer. Tuing … memori itu pun muncul dan diniatkanlah diri ini untuk ke sana. Kebetulan teman saya itu mau ke sana juga setelah Lebaran. Dipilihlah tanggal 3 September.

Awalnya saya mau sendirian, cuma setelah ngobrol teman sekantor pada tertarik dan mau ikut. Akhirnya terkumpullah 8 pesepeda dari KGC, Kompas Gramedia Cyclist.

Ditetapkan start dari Balaikota dan berangkat pukul 08.00. Mirip jambore, seluruh peserta datang berombongan dengan macam-macam cara. Fami, Dimas, dan Ketut gowes dari Ciputat (Fami hanya ikut sampai Balaikota sebab ada acara siangnya). Didi, Fredy, dan Sony naik KA Ekonomi dari Cikini, Joy bawa mobil dan mampir ke AH di Sentul lalu berdua gowes ke Balaikota. Saya sendiri mencoba mempertajam rekor gowes Condet – Istana Bogor.

Rencana berangkat dari Condet pukul 05.00 molor sekitar 45 menit. Buru2 tanpa sarapan, dan ketika melihat pedagang Sari Roti di Jalan Nangka Tanjungbarat langsung saya hentikan dan membeli dua roti isi plus satu roti sobek. Di ITC Depok makan satu roti isi sambil menunggu Alfa yang katanya mau ikut. Sekitar 10 menit menunggu tak ada kejelasan saya telepon. Tapi tidak diangkat. Terpaksa menulis pesan via WhatsApp menanyakan jadi tidaknya ikut. Tunggu sekitar 5 menit gak berbalas aku langsung melanjutkan perjalanan.

Awalnya mau masuk Grand Depok dan lewat Cibinong. Namun berhubung belum pernah mencoba jalur pinggir rel, meski dibilang Alfa ada sebagian jalan rusak, aku memutuskan lewat jalur itu. Menyusuri rel sambil melihat-lihat bangunan stasiunnya.

Jalan masih lengang. Sempit dan tidak mulus sehingga terasa sekali di tangan karena kali ini aku menggunakan fork rigid balap jadul. Di beberapa lokasi harus berjibaku mencari celah di jalan berlobang.

Citayam, Bojonggede, Cilebut berlalu. Sampailah di Jalan Baru setelah sekali berhenti karena ada telepon masuk. Masuk Kebonpedes dan tembus ke Ahmad Yani, akhirnya sampai di Balaikota sekitar pukul 08.00. Di sini sudah ada AH, Joy, Dimas, Ketut, dan Fami yang sedang membetulkan RD sepedanya Joy.

Tak seberapa lama rombongan kereta datang dan ternyata mereka agak lama karena sarapan dulu. Jiah … padahal yang nunggu juga belum sarapan. Akhirnya sebelum berangkat sarapan bubur di depan Taman Topi.

***

Jalur ke Curug Sawer menapaktilasi jalur saat pulang dari Gunung Bunder. Dari Taman Topi ke Ciomas – Cikaret terus. Di pertigaan yang tembusan dari The Jungle saya berhenti menunggu peserta di belakang. Ternyata Dimas dan Sony ketinggalan jauh. Terlalu lama menunggu saya pun melanjutkan perjalanan. Ternyata memang benar mereka ketinggalan. Saya mengira sudah ikut rombongan goweser dari Bogor yang juga mau ke Curug Sawer. Terpaksa ditunggu tak jauh dari warung tempat aku memperoleh inspirasi.

Dari warung tempat aku menunggu ternyata perjalanan ke Curug Sawer tinggal ongkang-ongkang kaki sebab jalanan menurun sampai ke lokasi. Setelah membayar tiket masuk Rp 10.000,- per orang dan memarkir sepeda di tempat yang sudah disediakan kami pun segera melangkahkan kaki ke Curug Sawer.

Curug Sawer sepertinya menjadi tempat jujukan goweser sebab sudah ada parkir khusus untuk sepeda. Ada dua lokasi yang berada tak jauh dari kantor pengelola. Dari tempat parkir ini, untuk menuju ke Curug Sawer berjalan kaki sekitar 500 m melewati sebuah kali menggunakan jembatan bambu. Kali ini dibendung dan airnya digunakan untuk mengairi sawah. Sayang, debit air begitu kecil sehingga air tidak tumpah melewati bendung. Batu-batu besar bermunculan.

Dari jembatan ini jalanan menanjak sampai ke rumah makan yang dikelilingi oleh tenda-tenda yang bisa disewa untuk menginap. Ongkosnya Rp 195.000,- per orang dan minimal 5 orang.

Nah, dari rumah makan di ketinggian ini Curug Sawer yang terdiri atas dua curug bersebelahan terlihat. Untuk menuju ke sini harus melewati tangga turun melingkar. Curugnya tidak tinggi dan kubangan air di bawahnya juga tidak besar dan dalam. Untuk mandi tak leluasa.

Saya sempatkan mencebur ke curug. Lumayan dingin brrr….

Track dan foto-foto lain bisa intip di sini.

Advertisement

5 Comments

  1. terima kasih telah berkunjung ke Curug Sawer (globaleducamp).
    wah ada yang dari ciputat ya. lain waktu boleh nih berkunjung dirumah anggota KGC.
    rumah saya juga di ciputat.

    ditunggu kedatangannya lain waktu di acara yang lebih seru…!!!

    salam kenal ya

    1. semoga bisa datang lagi, meski ada yang bilang secara guyon curugnya curug comberan karena pada waktu yang hampir bersamaan ramai diberitakan kecelakaan di curug seribu.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s