Mangunan – Makam Raja2 Imogiri

Mangunan adalah masa kecil. Masa lalu yang dulu sering aku cumbu. Entah dengan berjalan kaki atau berlari. Namun tidak terpikir untuk naik sepeda ke Mangunan. Ya, nyari memolo kata Bapak saya. Jalan yang menanjak tentu bikin repot onthel yang Bapak punyai.

Makanya, ketika pulang dan membawa Polygon Premier saya pun teringat Mangunan dan obsesi bersepeda ke sana. Di sela-sela rutinitas membawa anak-anak jalan-jalan ke tempat wisata di seputaran Jogja dan Solo saya pun bersegera membawa Premier ke Mangunan.

Hanya ada waktu dua jam dan saya pun tidak menargetkan untuk sampai mana. Yang jelas dalam waktu dua jam harus bisa sampai rumah lagi.

Tanpa sarapan saya segere menyiapkan sepeda dan minuman. Menggunakan helm dan sandal gunung langsung ngacir menuju Mangunan. Tak sampai sekilo jalan sudah menanjak. Terus dan terus. Dulu saya berlari ke sini dan beberapa kali berhenti.

Hujan semalam masih membekaskan basah di jalan aspal dan dedaunan pohon di pinggir jalan. Matahari belum muncul. Aktivitas sudah mulai terlihat dengan banyaknya lalu lalang motor. Kebanyakan turun karena hari itu masih hari kerja.

Sampai terlewat patok IMG 4 km, alias Imogiri 4 km, saya sudah kehabisan napas. Dari elevasi 100-an saya hanya bisa menanjak sampai elevasi 300-an dalam jarak sekitar 3 km. Turun balik saya mencoba melewati Kedungbuweng, desa di belakang Makam Raja-raja Jogja dan Surakarta.

Ada tanjakan di balik turunan. Sial, rantai saya los dan terjepit antara crank dan rangka. Mana tidak bawa tools. Akhirnya dengan bantuan ranting bisa juga dibetulkan dengan bekas goretan tertinggal di chain stay.

Sebelum masuk kompleks makam saya minum teh manis dengan gula batu dan semangkuk indomie. Lumayan buat mengganjal perut.

Masuk ke makam terpaksa menuntun sepeda sebab sudah diwanti-wanti untuk tidak boleh naik sepeda di dalam kompleks. Saya pun manut saja sebab kalau pun boleh juga kudu siap2 nyali. Selain lorong yang datar, kompleks yang ada di perbukitan ini menjanjikan turunan dan tanjakan yang aduhai. Tentu dibuatkan tangga karena ini untuk orang berziarah. Tangga utamanya saja mencapai 400-an anak tangga, terbagi dalam dua atau tiga bordes. Saya agak lupa pastinya.

Pagi itu sudah ada beberapa orang yang berziarah. Selain Sultan Agung, di sini di makamkan pula Sri Sultan HB IX. Juga raja-raja Solo. Makam Sultan Agung ada di bagian tengah, sedangkan di sisi kirinya (Timur) menjadi area Raja Yogyakarta dan sisi kanan (Barat) menjadi area Raja Surakarta.

Tak banyak memotret saya pun bergegas kembali ke rumah melewati Makam Seniman milik Saptohoedoyo. Mau motret dengan latar belakang gapura melengkungnya tidak jadi karena ternyata malah lebih ramai di sini.

Ya sudah, akhirnya balik dan segera mandi sebelum akhirnya pergi ke Gua Pindul untuk cave tubing dan arung jeram di S. Oya.

Advertisement

1 Comment

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s