Jambore KGC di Kareumbi

Semenjak dua tahun silam, Kompas Gramedia Cyclist (KGC) melakukan jambore, meski bukan anggota Pramuka hehe ….  Menilik ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jambore memang dikaitkan dengan Pramuka. Tapi tak apalah, kita gunakan istilah itu sebagai sebuah kata untuk merujuk ke “pertemuan para anggota di suatu tempat”.

Pertama kali jambore mengambil tempat Bandung, lalu Garut, dan kini Cicalengka. Tepatnya di Kareumbi. Nama singkat untuk menyebut lokasi Kawasan Konservasi Taman Buru Gunung Masigit – Kareumbi (TBMK). Selain dijadikan kawasan konservasi, kawasan ini memiliki banyak tempat untuk beraktivitas. Salah satunya bersepeda. Ada banyak jalur di kawasan yang termasuk di wilayah Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Garut. Jika ingin mengenal lebih lanjut kawasan ini silakan klik di sini.

Awalnya terkumpul sekitar 60 peserta, namun di menit-menit akhir tersisa 30-an peserta. Padahal sudah pesan bus yang ukuran jumbo? Akibatnya beberapa kursi kosong sehingga bisa digunakan untuk tidur-tiduran mereka yang begadang.

***

Ada sedikit masalah sebelum kami bisa berangkat menuju pintu KW Kareumbi. (KW atau Kawasan Wisata, merupakan satu-satunya pintu masuk ke TBMK. Dua pintu lain sudah ditutup). Truk pengangkut sepeda kami belum tiba di RM Boga Nikmat, padahal berangkat lebih dulu dari bus. Sempat terlontar pikiran negatif, terutama mereka yang memiliki sepeda mahal.

Ternyata truk pengangkot sepeda mengambil jalan lain dan kesasar. Ketika sudah menuju jalur yang benar, kelewatan. Terpaksa disusul menggunakan motor oleh kru TBMK. Setelah parkir dan bongkar sepeda, para peserta langsung merakit sepedanya masing-masing dan menjajal. Setelah berdoa bersama akhirnya rombongan berangkat menuju ke TBMK.

Jalan aspal, siang yang panas, namun tetap semangat menyusuri jalan yang menanjak. Berbelok ke kiri menuju ke Curug Cinulang. Jalanan relatif mulus, meski sayang hiasan sampah di kanan-kiri mengganggu pemandangan. Padahal, nun jauh di sana Bandung Utara terlihat mengesankan.

Dari elevasi 700 mdpl jalan mulai merangkak naik. Ada yang curam, ada yang landai, diselingi jalan datar. Rombongan mulai tercerai berai. Titik kumpul di Curug Cinulang di ketinggian 1000-an mdpl. Sambil menunggu rombongan, beberapa KGC-ers menikmati curug yang berketinggian sekitar 30 m.

Setelah semua terkumpul kami melanjutkan perjalanan untuk menuju ke SD Dampit 2 Kampung Sindangwangi Cicalengka untuk melakukan bakti sosial. Semenjak jambore kedua kami mencoba memberi makna jambore tak sekadar hura-hura berkumpul namun saling berbagi dengan daerah yang kami lewati. Khususnya di bidang pendidikan. Di SD ini kami memberi bantuan paket tas dan alat-alat sekolah.

Jalanan masih saja menanjak dan terkadang sedikit rusak. Di kanan kiri ada pemandangan yang menarik perhatianku. Ternyata itu rajangan daun tembakau!

Gerimis mulai menetes saat rombongan depan memasuki gerbang KW setelah melintasi jalan makadam.

***

Sekitar pukul 15.00 setelah semua kumpul dan makan siang kami menjajal track offroad di Kareumbi. Menyusuri track di Kareumbi sangat menyenangkan karena trek didominasi tanah humus sehingga kalau terjatuh tidak sakit. Memang butuh celana panjang, lengan panjang, dan sarung tangan penuh. Kalau tidak risiko terbaret oleh ranting atau tanaman putri malu amat besar. Tak terasa selama perjalanan, baru perih saat mandi.

Kebanyakan single track dengan kanan kiri pepohonan. Masih “perawan”. Tak ada yang istimewa kecuali sebuah dropp off yang berada di balik tikungan. Beruntung waktu itu ada yang terjebak di tikungan sehingga harus berhenti. Kalau tidak bisa nyungsep karena tidak tahu ada drop off setinggi sekitar setengah meter.

Karena rombongan belakang agak lama, maka rombongan depan yang cuma tiga orang melaju duluan yang ternyata salah jalur. Meski begitu sampai ke pondokan juga.

Ternyata rombongan belakang lebih seru sebab lewat rumah pohon dan ada yang kecebur sungai segala.

Setelah mandi dan istirahatnya malamnya kami berpesta kambing guling. Habis makan kumpul bareng di sekeliling api unggun saling curhat dan pembagian doorprize.

***

Pagi hari pemandu menawarkan jalur wisata. Banyak yang ikut mendengar jalur wisata. Hanya yang tercebur kemarin yang enggak ikut. Terbayang jalur yang indah dan menyenangkan menyusuri hutan hujan tropis yang masih “perawan”.

Ada sekitar 35 peserta yang ikut jalur wisata ini. Awalnya memang jalur mirip dengan jalur offroad, namun lama kelamaan saya jadi berpikir di mana wisatanya?

Hahaha…

Ya, ternyata wisata tak identik dengan kemudahan. Bukankah ada wisata minat khusus yang untuk menikmatinya kita harus memacu adrenalin? Kita pun bisa menikmatinya, dalam arti puas?

Begitulah, dalam jalur wisata ini kami harus mengangkat sepeda melintasi kali kecil, mendorong sepeda di tanjakan yang licin – bahkan ada yang terpeleset saat mendorong, sampai TTB karena turunan yang curam.

Canda, tawa, suka, duka (karena terjatuh di kali) menjadi menu kebersamaan kami, Kompas Gramedia Cyclist, di Kareumbi.

Sampai ketemu di Jambore KGC tahun depan.

Advertisement

3 Comments

Leave a Reply to Ekowisata jawa barat Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s