Ini adalah paku kedua yang saya ambil dari roda ban sepeda saya. Yang pertama lebih panjang, namun sama2 bengkok. Ternyata memang dibengkokkan oleh si penebar sebab dengan bentuk seperti itu kemungkinan menusuk ke ban lebih besar dibandingkan dengan bentuk normal lurus.
Tusukan paku pertama saya dapatkan saat berangkat kantor menggunakan sepeda lipat. Saat melintas di Jln. Panjang dari arah Permata Hijau, sekitar 100 m sebelum putaran balik Kelapadua ban belakang seli langsung kempes. Otomatis menepi dan mencari penyebabnya. Paku besar menusuk dari bawah dan tembus ke samping. Mencoba mencopotnya ternyata susah sekali.
Setelah menuntun beberapa puluh meter akhirnya menemukan tempat servis AC mobil. Pinjam tang dan tercabutlah paku itu. Pemilik tang geleng2 kepala melihat panjangnya paku. Beruntung kantor tinggal beberapa ratus meter lagi. Nuntun sambil menghibur diri.
Saat itu masih membiasakan membawa tambalan ban sepeda model tip top. Namun setelah melihat sobekan ban luar atau ban dalam, maka tip top gak berfungsi. Terpaksa sore hari ke Rodalink pesanggrahan ganti ban luar sekaligus ban dalam.
Lama tak bermasalah dengan ban membuat bawaan ban dalam dan alat tambal tak jadi agenda saat gowes ke kantor. Sampai akhirnya hari Selasa (31/7/2012) ban belakang sepeda tertusuk paku lagi. Lokasi di jembatan layang Kuningan arah Pancoran. Kali ini malam hari.
Paku tidak panjang dan kecil membuat ban tidak langsung kempes. Namun saya merasa ada yang tidak beres dengan ban belakang saya ketika di depan RS Medistra (?) Tebet. Baru yakin kempes kena paku saat di depan K-Link Tower.
Meminta bantuan menambal pada tukang tambal ban dekat jembatan penyeberangan tak jauh dari situ tak mau. “Ntar kalo dibakar gak kuat itu Bang,” kata abang tukang tambal ban. Menambal ban sepeda motor sekarang memang model bakar. Lebih praktis dan kuat.
Ya sudah, jalan lagi sampai di ujung jalan masuk Kompleks PT Timah. Ada tukang tambal mangkal di sini dan dia sanggup membantu. Saat tiba saya melihat ada sepeda motor yang ditambal juga. Kena paku, kata pemiliknya. Padahal bannya sudah tubeless.
Setelah ban dalam dibuka, ketahuan bocornya. Pas mau dibakar, saya bilang jangan lama2 membakarnya. Abangnya menjawab, “Ya, saya tahu Bang. Kalau kelamaan bisa melembung.”
Sembari menunggu bakaran saya melihat ada sepeda motor kempes dan sama juga kena paku. Saya tak memperhatikan lagi karna beli minuman tak jauh dari situ. Setelah selesai saya berharap semoga tambalannya kuat setidaknya sampai rumah.
Setelah ditambal dua kali (entah apa alasannya, kok tidak langsung menambal dua lubang, tapi harus dua kali) akhirnya ban sepeda pun menggelembung kembali. Sampai rumah masih belum berkurang tekanannya.
Mulai sekarang sepertinya membawa ban dalam atau tambal ban tip top wajib hukumnya. Jangan sampai paku membuat lidah Anda kelu tak bisa berkata-kata.