Touring sepeda adalah pengalaman pribadi. Namun ada satu hal yang membuatnya sama dan sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata: kesenangan bersepeda. Kesenangan pula yang membidani kegiatan touring bersepeda. Kesenangan untuk lepas dari rutinitas sehari-hari.
Segera setelah sepeda pertama ditemukan, para penggowes bernyali besar langsung menggunakan “mesin” itu untuk menjelajah daerah-daerah yang jauh. Sampai akhir abad ke-19, sepeda telah berkembang menjadi bentuk seperti yang kita kenal sekarang ini. Ada dua roda yang sama besar, rangka berbentuk berlian, dan rantai yang memutar roda belakang.
Untuk balapan di jalan datar, sepeda yang dikembangkan memiliki teknologi yang lebih maju dengan rangka enteng dan gir tunggal. Jika sepeda ini dipakai untuk touring maka akan kesulitan jika melewati jalan di pegunungan. Makanya, di awal tahun 1990-an mulai dikembangkan gear multi. Di Prancis tahun 1920-an sudah ada yang menggunakan 8 multispeed untuk gearnya. Di Inggris lebih disukai internal gear.
Touring sepeda mulai populer di banyak negara di benua Eropa, dipelopori para buruh yang harus bekerja 40 jam seminggu dan libur di akhir pekan. Mereka ingin lari dari kota yang macet dan berpolusi untuk menjelajah negeri dan mencari udara segar.
Sepeda menjadi andalan bagi para pekerja kebanyakan sebab harga tiket kereta mahal, sementara mobil masih menjadi impian. Puluhan ribu orang pun berbondong-bondong keluar kota sambil menggowes. Masa keemasan touring sepeda pun dimulai.
Berbeda di AS, yang karena kurangnya waktu dan mudahnya memiliki mobil, touring sepeda menjadi tidak berkembang. Hanya beberapa orang yang melakukan aktivitas mengisi ceruk sempit transportasi wisata. Para penggiat touring ini berkembang seiring dengan munculnya youth hostel atau penginapan murah.
Tahun 1950-an, Dr. Clifford Graves mendirikan International Bicylce Touring Society dan melakukan serangkaian perjalanan di Amerika Serikat dan Eropa. Berhubung di Amerika touring tidak berkembang sepesat di Eropa, maka banyak pe-touring dari Amerika Serikat yang mencari perlengkapan sepeda untuk touring di Eropa. Sepeda-sepeda touring kelas atas banyak diproduksi di Prancis dan Inggris. Sepeda dari kedua negara itu banyak dieskpor ke AS. Namun ada perbedaan pendekatan soal sepeda touring dari dua negara itu.
Pendekatan rangka Inggris
Sebagai tambahan untuk sepeda balap, pembuat rangka di Inggris membuat sepeda sport-touring dan touring. Rancang bangun sepeda balap ini sesuai untuk touring dengan menambahkan rak dari pasar bebas. Terkadang juga dengan spakbor (fender) dan lampu. Sering juga sepeda ini dilengkapi dengan gigi rendah sehingga mantap untuk menanjak.
Sementara sepeda time-trial ala Inggris memiliki steep angle dan sumbu antarroda sangat pendek, sepeda touring menggunakan sumbu antarroda yang panjang dan geometri “santai” yang sesuai untuk jalan kasar. Atas perubahan ini, pabrikan membuat sedikit perbedaan dari sepeda balap umumnya pada masa itu.
Keuntungan dari pendekatan ini terletak pada fleksibilitasnya. Pemakai bisa memasang fender, membawa beban di depan atau belakang, menambah lampu, dan mengganti gear ratio dan ukuran ban, tergantung pada kontur, iklim, dan jenis bersepeda. Berhubung komponen sepeda berkembang, Anda bisa saja meng-up grade meski agak sulit. Sepeda yang sama bisa dijadikan untuk beragam keperluan – salah satu pabrikan malah menawarkan sebuah model dengan banyak posisi dropout belakang yang membolehkan perubahan dari sepeda sport-touring menjadi sepeda track!
Banyak pabrikan membuat rangka yang bagus, dengan bentuk yang elegan dan konfigurasi rangka tak lazim demi memperoleh bentuk yang berbeda dari pesaingnya. Misalnya saja chainstay melengkung dan bottom bracket-nya terletak di atas sambungan seat tube dan down tube. Juga seat tube yang vertikal untuk memperoleh sumbu antarroda lebih pendek.
Pendekatan rangka Prancis
Dimulai tahun 1930-an, pabrikan kecil Prancis merancang sepeda cyclotouring kelas atas sebagai mesin yang lengkap dengan komponen-komponen menyatu, lebih menyerupai rangka sepeda balap dengan komponen lawas (retro) plus asesoris yang diperoleh di pasar bebas. Geometri rangka dikembangkan secara khusus untuk touring pada segala tingkat kecepatan dan bermacam-macam kontur jalan. Untuk mendukung kenyamanan itu, pabrikan ini membuat sendiri stem, rak, front derailleurs (FD), rem, dan bahkan crank.
Sepeda-sepeda ini memelopori penggunaan crank dari alumunium, tuas rem, tiga chainring, clincher ban yang enteng, rak yang rendah, dan banyak komponen yang tidak terdapat pada sepeda lain pada dekade tersebut. Hasilnya, sepeda touring yang lebih enteng, lebih dapat diandalkan, dan lebih elegan dibandingkan dengan sepeda yang dibuat menggunakan rangka dan asesoris dari aftermarket.
Tahun 1940-an, sepeda dari Prancis ini menjadi simbol status. Bisa diibaratkan dengan sebuah mobil sport zaman sekarang. Pada saat itu, sepeda balap relatif bersahaja, sehingga sepeda touring yang benar-benar menyatu masih menjadi impian. Feature seperti chainrest yang memungkinkan mencopot ban belakang tanpa menyentuh rantai, sistem lampu dengan kabel tersembunyi di dalam rangka, serta internal routing kabel rem dan derailleur makin populer.
Antusiasme dan kegairahan masyarakat bersepeda membuat pengembangan sepeda touring menjadi fokus. Banyak pabrikan bermunculan di tahun 1940-an.
Pembuat sepeda terkenal lainnya, Renѐ Herse, membuat crank yang inovatif dan enteng, stem, rem, BB, dan FD. Pada saat itu, sepeda bikinan dia merupakan sepeda yang paling bagus sepanjang pembuatan sepeda. Pengalamannya bekerja di pabrik pesawat terbang tahun 1930-an sangat membantu dalam merakit sepeda.
Sampai akhirnya tahun 1952 transportasi dengan mengandalkan mesin – awalnya moped lalu mobil mini – mengenyampingkan sepeda dalam mimpi umum orang Eropa. Banyak pembuat sepeda menutup tokonya. Beberapa yang bertahan melanjutkan dengan membuat sepeda bagi pesepeda sejati, termasuk beberapa dari Amerika Serikat.
Melalui perantara dengan penggiat youth hostel di Prancis, Dr. Clifford Graves menemukan sepeda Renѐ Herse. Ia mengagumi hub yang bebas perawatan, BB, dan semua komponen sepeda yang begitu berkualitas. Semua itu membuat gowesan jarak jauh begitu nikmat tanpa kuatir ada masalah. Dengan perbedaan kurs saat itu, sepeda ini relatif murah buat orang Amerika. Maka beberapa anggota International Bicycle Touring Society memesan sepeda touring khusus dari Renѐ Herse.
Lahirnya touring modern
Setelah bertahan di relung sempit aktivitas manusia selama beberapa dekade, touring sepeda menemukan masanya di Amerika Serikat tahun 1976. Pada tahun itu, lebih dari 4.000 pesepeda mengayuh pedal melintasi Amerika Serikat sebagai bagian dari Bikecentennial.
Sebagian besar mengendarai sepeda “10 kecepatan” atau sepeda lain yang secara khusus bukan untuk touring jarak jauh dengan membawa beban banyak. Ini berakibat banyaknya kecelakaan di antara para peserta yang membawa peralatan mereka sendiri melebihi kapasitas. Dengan rak fleksibel, berat beban tak terbagi dengan benar, dan rem yang kurang pakem, banyak pengguna sepeda “10 kecepatan” sulit untuk mengendalikan sepeda dengan beban yang diangkutnya.
Bikecentennial membuat touring bersepeda terkenal di AS. Banyak pesepeda yang menginginkan sepeda yang sesuai untuk perjalanan jarak jauh. Selama akhir 1970-an dan awal 1980-an, hampir semua pabrikan menjual “sepeda touring” dengan kualitas beragam. Banyak pembuat frame pesanan yang menawarkan frame touring. Sepeda klasik dari zaman ini adalah Trek 520, Specialized Sequoia, dan seri-seri awal Canondale.
Banyak dari sepeda-sepeda itu menggunakan pendekatan “rangka Inggris” dengan alasan mudah dibuat dan lebih mudah dijual juga. Saat itu dominasi sepeda balap begitu kentara. Beberapa perusahaan menawarkan sepeda yang lebih komplet, seperti Canondale T1000, yang sudah dilengkapi dengan rak dan fender dan bisa dikatakan siap diajak touring tanpa perubahan berarti.
Di luar pabrikan utama, pabrikan kecil macam Bilenky di Philadelphia, RT Jansen and Bill Vetter di Vermont, Sam Braxton di Montana, dan Mariposa di Toronto mengambil inspirasi dari rangka Prancis yang didatangkan oleh Dr. Clifford Graves dan pioner touring bersepeda lainnya. Mereka merangkai sepeda secara terpadu yang dilengkapi dengan peralatan pendukung untuk sebuah touring yang membawa beban.
Sepeda touring redup pamornya ketika sepeda gunung mencuri perhatian di tahun 1980-an. Pabrikan besar sepeda mulai menurunkan sepeda touring dari lini produksi mereka. Beberapa masih memproduksinya karena yakin ada kebutuhan untuk sepeda touring. Memang, semua sepeda boleh dikatakan bisa digunakan untuk touring, namun ada sedikit nilai lebih dari sepeda touring ditinjau dari daya tahan, keamanan, dan kenyamanan menggowes.
Sekarang ada banyak pilihan sepeda touring. Bahkan yang harganya murah sudah menawarkan nilai lebih dibandingkan zaman sebelumnya. Rak bagasi juga semakin kuat namun enteng sehingga membuat bobot sepeda keseluruhan berkurang.
Saat ini, sepeda balap menjadi kendaraan yang sangat menyatu. Komponen yang ada sudah memiliki standar internasional sehingga komponen dari pabrik A bisa dipasang di sembarang rangka sepeda. Tidak harus sesama komponen pabrik A. Sayangnya, standar ini tidak berlaku di sepeda touring. Rak dan spakbor tak selamanya bisa dipasang di rangka sepeda karena perbedaan geometri dan ukuran rangka. Mengantisipasinya dengan mengembangkan rak dan spakbor generik yang meski fungsinya tak seratus persen sama seperti rak dan spakbor touring tapi sudah cukup membantu untuk membawa barang dan menghindari cipratan air saat hujan.
Pendekatan konstruksi ala Prancis diaplikasikan di hampir semua komponen sepeda. Penyepeda diberi kebebasan untuk menambahkan rak, spakbor, dan lampu. Penempatan itu sudah diperhitungkan sedemikian rupa sehingga berat setiap penambahan terdistribusi dengan baik. Hasil akhirnya adalah bobotnya yang 5 pound lebih sedikit dibandingkan dengan sepeda touring dengan pendekatan ala Inggris.