Sudah lama terbersit untuk menggowes menyusuri sisi tol. Selalu timbul tanya, adakah kehidupan di sana? Kalau ada, bagaimana polusi suara mempengaruhi kehidupan mereka? Terlalu ilmiah kayaknya ya? Setidaknya mengamati dari atas sadel.
Keinginan itu terlaksana juga ketika kantor mengadakan praraker di Ciloto. Sekalian mengetes bagaimana rasanya touring sendiri. Dipikir-pikir saya ternyata belum pernah gowes jauh sendirian. Kini saatnya.
Berangkat dari rumah agak kesiangan, 8.30, saya sebelumnya bertanya ke Mas AH. Awalnya berencana lewat jalur normal, Bogor – Tajur – Ciawi – Puncak – Ciloto. Tapi berubah pikiran karena teringat keinginan tadi.
Begitulah, dari Cibinong terus belok kiri arah Sirkuit, SICC, Belanova. Di sini agak bingung karena Mas AH bilang Bogor Lakeside, susur sisi tol. Nah, sampai Belanova Hypermart bingung. Menelepon Mas AH gak bisa-bisa. Setelah melihat lalu-lalang sepeda motor yang keluar dari jalan tol saya pun bertanya. Benar, memang itu jalur menuju Ciawi.
Menyisir jembatan tol terdapat jembatan besi yang menempel pada sisi tol. Terbayang kalau ada orang iseng membuang barang pasti kena deh. Selepas jembatan besi itu baru saya sadar salah bawa sepeda. Jalan sedikit offroad dengan fork rigid dan bawaan yang lumayan berat – latihan simulasi touring jarak jauh – ternyata merepotkan. Hanya bisa dapat jalan 5 – 10 kpj.
Suasana memang adem. Banyak pepohonan. Sebelah kiri ladang ketela dan beberapa rumah. Sepi. Angin semilir. Sementara lalu lalang kendaraan di tol sering hanya terdeteksi dari suaranya. Tembok setinggi sekitar 2,5 m menghalangi pandangan.
Beberapa anak yang baru pulang sekolah menyapa dengan sebutan “Mister”. Sepertinya ini sebutan seragam yang aku dengan di beberapa wilayah di Jawa Barat. Seolah-olah pengendara sepeda adalah orang asing.
Sampai selewat Kantor Kelurahan Cadasngampar jalan baru mulai halus. Di Sukaraja mulai mulus dan lebar. Angkot Bantargebang-Ramayana mulak terlihat hilir mudik. Sepanjang perjalanan itu saya memperhatikan patok jalan di sisi kiri dengan tulisan PU (bagian atas) dan BM di bawahnya. Juga ada celah yang memang disengaja untuk lewat orang di tembok pinggir tol. Apakah untuk akses menyeberang ke wilayah seberang tol?
Jalanan menanjak halus. Namun tak terasa melelahkan karena adem dan sepi. Selepas Cadasngampar tadi mulai banyak kehidupan disua. Namun tetap saja sepi menyapa.
Akhir perjalanan adalah kolong tol dengan jembatan kecil yang cukup untuk melintas sebuah motor. Tak bisa berpapasan sehingga harus saling menunggu jika ada motor yang sudah masuk jembatan.
Jembatan ini melintas Kali Ciliwung, di atas Bendung Katulampa. Di seberang arah ke Ciawi ada sekumpulan pedagang yang menjadi tempat kongkow para pelajar. Saya mencoba es doger. Lumayan di siang yang terik.
Dari sini ada dua jalur. Ke sisi kiri dari Sentul menuju Gadog dan ke sisi kanan menuju perempatan Ciawi. Tentu saja saya ambil yang kiri, tembus ke SPBU setelah gerbang tol, dan lanjut ke Gadog.
Akhirnya kesampaian juga menggowes menyusuri tol. Membayangkan kalau jalannya beraspal halus atau dibeton bakal ramai pesepeda yang menggowes dari Sentul menuju Gadog. Tak perlu lewat Kandanghaur, Bogor, Tajur, Ciawi, lalu Gadog.