gussur.wordpress.com – Ketika pulang dari lomba lari saya ditanya, “Dapat juara ke berapa?”
“Boro-boro mikir juara, bisa finish saja sudah bersyukur,” jawabku.
“La, ikut lomba kan tujuannya dapat juara,” sergahnya.
Saya pun lalu bercerita soal lomba lari yang marak akhir-akhir ini.
***
Terus terang saya ikut trend dalam hal ini. Kalau soal lari, ya dulu pas kuliah hampir tiap minggu lari pagi. Cuma zaman itu belum ada lomba-lomba lari. Kalaupun ada tidak sebanyak sekarang. Lari pagi merupakan olahraga yang mudah, murah, dan menyehatkan. (Sekarang ternyata lari tidak lagi mudah dan murah. Menyehatkan juga dipertimbangkan hehe …)
Nah, salah satu alasan ikut lomba karena supaya termotivasi lari. Dulu waktu kuliah karena dipaksa para senior untuk lari tiap Selasa pagi. Rute tidak jauh-jauh amat. Paling sekitar 5 km. Pergi pulang ya jadi 10 km. Setelah kerja lari lebih banyak sebagai pemanasan saat mau badminton. Lalu lari di treadmill.
Ketika marak lomba lari, saya pun mencoba ikut. Jauh-jauh ke Bandung saya lakoni. Latihan lari di Gelora Bung Karno (GBK) awalnya berat banget. Dapat 5 km saja rasanya senang sekali. Ketika hari-H nya saya lari santai. Cuma pas finish agak kaget ketika melihat hasil pencatatan waktu di gerbang finish! Ya, catatan waktu untuk 10 km kurang dari 1 jam! Padahal pas latihan di GBK 1 jam lebih 15 menit.
Ternyata, … jarak yang sebenarnya kurang dari 10 km. Menurut salah seorang peserta angkanya hanya 8,6 km. Pantes! Dengar-dengar jalur disunat karena susah untuk membuat steril. Padahal banyak jalur yang tidak steril juga.
Dari situ virus lari mulai mengganas. Lari di Bandung itu memang seperti nostalgia saja. Beberapa tempat yang dilalui membawa masa lalu kembali ke dalam tiap langkah.
Hanya saja, untuk latihan rutin malas menjadi menjadi musuh nomor satu. Ada saja alangan untuk mangkir lari. Nah, lomba menjadi motivasi untuk latihan lari mesti tidak teratur.
Seperti waktu mau ikut Half Marathon, saya mencoba lari di GBK setidaknya sama dengan jarak 21,sekian km. Namun baru 10 km sudah ada panggilan hehe… Terpaksa batal. Berhubung waktu sudah mepet, dan prinsip bagi saya untuk lari menyamai jarak di lomba minimal tiga hari sebelum lomba, maka saya nekat lari pulang kerja. Itu pun tertunda sampai tiga kali sebelum benar-benar menjajalnya. Meski hanya kuat 16-an km, namun total jarak kantor – rumah 21,sekian km sudah pas.
Selain motivasi, ikut lomba ya biar dapat medali. Setidaknya ini yang bisa dibawa pulang.
Eksistensi? Wah, kadang2 saja sih. Kebanyakan habis lari, dapat medali, istirahat, lalu pulang. Eksistensi ya motret medali hehe …
Namun buat yang belum pernah lari jarak jauh atau tidak punya pengalaman lari sebelumnya, pesan saya latihan yang rajin. Mulai dari jarak pendek. Tak usah terprovokasi oleh catatan waktu yang tersebar di dunia maya. Apalagi sudah di atas kepala 4. Banyak cerita yang ikut tren tanpa persiapan matang dan asal ngotot malah cedera otot.
Lari ya? pengen coba. tapi kalo muter lapangan bola, lima kali tanpa henti aja sudah ngos-ngosan ga karuan. 😀 . idealnya untuk melatih fisik, berapa kali seminggu bos dan jaraknya gmna step2 peningkatannya?
Ya emang harus bertahap sih. Saya awal lari cuma 2 km. Semnggu dua kali jarak segitu. Minggu depan tambah dua kali lipat. Akhir bulan target 5km. Gitu saja sih. Jangan langsung jarak jauh. Ntar tubuh sakit malah trus malas lari. Target nengalahkan diri sendiri kok hehe
siapp. tinggal komitmen dan istiqomahnya ini yang berats. 😀
iya. saya juga masih berat utk komit latihan hehe.. alhasil mentok saja di angka segitu2.