gussur.com – Ketika menyelesaikan jeda run to home Oktober 2013, saya pun berkeinginan untuk mengulang rute kebalikan. Ya, run to work. Ngantor dengan berlari. Namun selalu gagal karena banyak alasan, yang sebenarnya bila diperas cuma jadi satu alasan, satu kata: malas!
Sebelum ngantor saya mesti antar sekolah anak yang masuk pk. 6.30. Jarak rumah – sekolah anak sekitar 5 km. Jika kondisi jalanan lancar 15 menit sudah sampai. Jalan santai. Pagi-pagi ngapain juga ngebut2. Sering saya melihat kecelakaan di pagi hari itu.
Malas itu berawal karena hari sudah siang. Matahari sudah muncul. Panas mulai terasa, apalagi ini lari. Tapi apa karena itu jadi malas? Tidak juga! Ketika anak-anak libur sekolah, harusnya saya lebih leluasa. Toh belum kesampaian juga.
Hampir setahun kemudian, niat itu baru terlaksana. Gara-garanya karena mau ikut lari ultra. Persiapan harus lebih dari cukup. Tekad harus bulat. Ketika pagi tanggal 8 Oktober 2014 mendung, saya pun langsung menaikkan niat ke tiang paling tinggi.
Selesai antar sekolah, segera saya ambil sepatu lari dan segala perlengkapan. Langsung saya foto dan unggah ke grup Whatsapps. Bukan sok mau gaya-gayaan. Biar niat bertambah pekat. Masak sudah diunggah terus batal. Malu ‘kan!
Beruntung hari mendung. Jadi, kilometer merayap dari 1 ke 2 lalu 3 ke 4 saya masih merasa enjoy saja. Minggu pagi tanggal 5 Oktober saya sempat lari pagi sejauh 8,sekian km. Sampai km 5 saya pun berhenti di Alfamart. Membeli minuman sekaligus pitstop pertama. Saya meniatkan diri untuk tidak ngoyo karena saya mencoba lari tanpa deker lutut yang sebelumnya cedera waktu ikut Universal Trail Run.
Menyusuri Kemang Raya, saya melarikan diri ke Blok M. Beberapa trotoar masih layak untuk berlari meski harus hati-hati. Pepohonan yang ditanam di trotoar dengan tanpa memperhatikan estetika membuat tubuh harus meliuk-liuk supaya tidak membentur pohon.
Pitstop kedua terjadi di Lapangan Bhayangkara Blok M, tak jauh dari Markas Besar Polisi. Cuaca masih mendung dan sungguh membuat saya semakin kerasan di lintasan jalan. Langkah terarah ke Bulungan, dan menyusuri rindang pohon ke Universitas Moestopo untuk kemudian bersembunyi di Kompleks Permata Hijau. Cukup terhibur dengan menghirup parfum wangi para gadis yang mau kuliah. Lumayan, siapa tahu bau itu ada yang nempel di kaos yang mulai basah oleh keringat.
Sampai di sisi Jalan Panjang saya tidak menyusurinya karena lalu lintas padat. Selain itu trotoarnya tidak layak untuk menyelipkan tubuh yang sudah lelah ini. Saya mengambil jalan tikus menuju ke Kebayoran Lama. Pitstop ketiga terletak di Jalan Limo: 15,sekian km.
Sayangnya, matahari sudah mulai muncul. Edisi cuaca nyaman berganti dengan edisi panas menyengat. Kaki pun mulai terasa berat melangkah. Jadilah etape terakhir sebagai etape perang batin. Antara terus atau naik angkot. Melintas di Jalan Kebayoran Lama saya pun lalu membelokkan diri ke Jalan KPBD. Tidak ada angkot lewat di sini sehingga memaksa saya untuk terus berlari.
Saya terus melaju di jalan tikus, menghindari godaan angkot. Sesekali jalan kaki dan minum Mizone yang sudah menipis. Berhenti beli pisang untuk refreshing di kantor.
Setelah muter-muter jalan untuk menghindari angkot dan menambah kilometer supaya mendekati HM, saya pun tiba di lobby kantor. Minta satpam untuk mengabadikan wajah yang masih (mencoba) sumringah!
Uhh … kesampaian juga run2work setelah terpendam selama hampir setahun.
#Rute https://www.endomondo.com/embed/workouts?w=jJgnUClgF20&width=580&height=600&width=950&height=600
Semangat om.. Kalo saya cuma mampu #walktowork.. Sebenarnya saya diantar jemputan ke kantor, maklum kantor di bandara ckg, tapi saya minta turun 3km sebelum sampai kantor.. Saya melanjutkan jalan kaki..