gussur.com – Sudah jamak bahwa naluri mendaftar lomba lari lebih besar dibandingkan ketika menjalaninya. Animo masyarakat yang masih tinggi untuk ikut lomba lari memang membuat slot lomba cepat habis. Alhasil, beberapa orang kecewa karena tidak bisa lagi ikut berpartisipasi.
Di lain pihak, beberapa hari menjelang lomba, ada yang memastikan tidak bisa ikut lomba karena ada keperluan mendadak yang lebih penting. Jadilah perlengkapan lari yang biasa disebut racepack (RPC) tidak jadi termanfaatkan. BIB atau nomor dada pun lalu dipindahtangankan.
Seingat saya pemindahtangan itu awalnya dalam lingkup terbatas. Gethok tular saja. Lalu mulai ditawarkan di grup khusus pelari. Dengan nilau tukar yang beragam dan bisa dinegosiasikan. Sempat dijadikan polemik, ke kini malah di Facebook ada grup khusus jual beli BIB ini.
Nah, cerita Gianclaudio Marengo berikut semoga menjadi pertimbangan kita semua sebelum memindahtangankan BIB.
Gianclaudio Marengo adalah pehobi lari dari Italia. Saat ikut New York City Marathon, ia terpisah dari rombongannya. Ia naik kereta bawah tanah selama dua hari sebelum ditemukan. Di antara cerita lengkap dia, menyeruak sebuah fakta bahwa ia berlari menggunakan BIB orang lain. Seorang temannya yang berhalangan ikut memberikan BIB itu kepada Marengo.
Sebenarnya menggunakan BIB orang lain itu dilarang di banyak lomba lari. Hal itu sudah disebutkan dalam peraturan. Jika ketahuan maka akan ada sangsi yang diberikan ke orang tersebut. Dalam kasus Marengo, ia dan rekan setimnya dilarang ikut lomba di kesempatan berikutnya. Panitia penyelenggara menjadikan contoh Marengo ini sebagai sebuah tindakan berbahaya: nama Marengo tidak terdaftar dan membuat kebingungan ketika dilaporkan dia hilang.
Marengo tentu bukan satu-satunya pelari yang menggunakan BIB orang lain. Saya pun pernah mengalami hal itu. Hanya saja belum ketahuan. Seorang teman cerita bahwa BIB-nya dipakai oleh temannya yang larinya kencang. Secara normal ia bisa dapat podium untuk kelas umurnya. Namun beberapa ratus meter sebelum finish ia sadar sehingga melambatkan larinya. Apa jadinya kalau ia tak sadar? Meraih podium atas nama orang lain dan kelas umurnya berbeda juga.
Apa yang mesti kita perhatikan dalam kasus Marengo tadi? Keamanan. Bagaimana kalau ia mengalami kecelakaan yang perlu ditangani segera dan butuh tambahan darah? Dalam BIB biasanya ada keterangan soal golongan darah. Bagaimana jika golongan darah Marengo berbeda dengan golongan darah pemilik asli BIB?
“Kami pernah mengalami kejadian ada pelari yang perlu dibawa ke rumah sakit sementara ia menggunakan BIB orang lain. Ketika kami menghubungi sanak saudaranya, apa yang terjadi? Kepanikan yang kami terima,” kata Patrice Matamoros, direktur Pittsburgh Marathon. (Untuk mengatasi hal ini, Pittsburgh sekarang melegalkan “jual beli” BIB.) Dalam biodata yang disertakan peserta ke panitia terdapat juga keterangan soal alergi atau kondisi medis tertentu. “Jika seseorang terindikasikan menderita diabetes, namun ia menggunakan BIB orang lain yang ternyata tidak diabetes, tentu akan menimbulkan masalah bagi kami dan juga dokter yang menanganinya,” tambah Patrice Matamoros.
Tak hanya keselamatan pelari saja yang perlu diperhatikan. Namun juga si pemilik BIB yang tak ikut berlari. Dengar cerita dari Les Smith, direktur Portland Marathon ini. Suatu ketika, panitia lomba menerima telepon dari babysitter yang majikannya ikut maraton tersebut. Ia menelepon karena anak yang dijaganya terjatuh dan perlu operasi segera. Perlu persetujuan orangtua si anak.
“Kru kami di lapangan lalu memperhatikan nomor BIB ibu dari si anak tersebut. Namun ketika ketemu dan dihentikan, ternyata ia bukan ibunya. Orang ini membeli BIB di lapak jual beli macam Craiglist atau eBay,” kata Les Smith. (Kira-kira ke mana si ibu itu ya? Mengapa harus berbohong ikut maraton?).
Memakai BIB orang lain juga berakibat pada hasil akhir lomba. BIB untuk kelas master yang digunakan oleh pelari junior tentu kemungkinan besar akan memperoleh hasil yang lebih bagus. Malah kemungkinan dapat podium. Dalam kasus ini akan merugikan pelari lain yang seharusnya memperoleh podium.
Masih banyak persoalan di balik pertukaran BIB ini, Namun, menurut Shawn E. Klein, blogger di SportsEthicist.com dan philosophy instructor at Arizona State University, dari sisi etika, pertukaran BIB ini masuk wilayah abu-abu. “Di satu sisi mencederai peraturan dan kontrak perjanjian dengan pengelola lomba. Di sisi lain, banyak kasus, tak terjadi hal-hal yang dikhawatirkan tadi.”
Klein menyarankan, jika pertukaran BIB dilarang dalam lomba itu, ya patuhi saja. Sedangkan Smith, yang juga pengacara, lebih tegas menilai persoalan ini. “Menggunakan nomor yang bukan haknya itu salah besar. Ini adalah bentuk penipuan dan bisa dihukum sesuai hukum negara. Ini mirip dengan seseorang yang menggunakan KTP atau rekam medis orang lain.”
Toh tak bisa dipungkiri bahwa kasus pertukaran BIB tak bisa dielakkan meski dilarang. Oleh karena itu, mengapa tidak difasilitasi saja? Begitu pemikiran panitia Pittsburgh Marathon. Tentu ada biaya tambahan.
Beberapa lomba memiliki kebijakan lain, seperti memberikan kesempatan untuk lomba tahun berikutnya. Atau seperti seri The North Face Endurance Challenge yang membolehkan peserta untuk mengalihkan lomba ke tempat lain ketika tidak bisa lari di satu tempat.
Nah, masih mau “memperjualbelikan” BIB?