gussur.com – There can be miracles when you believe. Saya teringat dengan petikan lagu itu ketika berlari di malam hari tanpa kejelasan benar atau salah jalur yang kutempuh. Namun, ketika menemui jalan buntu, saya sadar saya salah. Harus balik ke titik ketika marking jalur terlihat. Namun dengan lampu yang mulai buram saya agak kesulitan. Tak dinyana, dari arah yang berlawanan dua sorot lampu terang mendatangiku. Meski sudah saya bilang jalurnya salah, mereka masih pingin meneruskan rute yang sudah saya telusuri.
Saya sedikit bimbang karena bisa saja saya kurang cermat, jadi ya ikut saja menyusuri jalur di pinggir selokan. Ketika akhirnya menemui jalan buntu (lagi) kami pun berbalik arah. Benar saja! Karena sorot lampu yang lebih terang, penanda berbentuk pita putih-merah pun terlihat. Arahnya turun ke lembah, masuk ke rerimbunan pohon bambu dan entah pohon lainnya.
Hmmm … ketakutan saya mulai meminggir. Meski badan capek dan kaki sakit, saya berusaha mengikuti dua teman tadi. Namun, tak seberapa jauh dari situ, kami nyasar lagi. Kali ini lebih banyak. Di depan sana sudah berkumpul empat orang yang kebingungan mencari marking. Di sebuah pertigaan mereka berhenti, sementara saya tertatih-tatih masih di belakang. Jalanan menanjak. Empat orang dari mereka kemudian turun sambil bertanya ke saya apa melihat marking? Wah, saya pikir sudah benar jadi saya fokus mengejar kalian, jawab saya. Ketika mereka turun dan menemukan jalur yang benar, saya pun menyusul sambil berteriak ke dua orang yang di depan bahwa jalur belok di bawah.
Turunan berbatu menjadi “musuhku” gara-gara sepatu sempit dan tapak yang keras. Saya sebenarnya nekat masih menggunakan sepatu yang sebenarnya diperuntukkan jalur lembut alias tanah atau pasir. Waktu turun dari Gunung Gede sudah mau memensiunkan sepatu berlabel Eiger ini. Tapi, sepatu trail satu lagi ternyata jebol dan belum sempat diperbaiki.
Saya sudah merasakan sakitnya jari kaki semenjak di sebelum WS4 di Babadan. Itu sekitar km 20-an. Sementara ketika hari sudah gelap, saya sudah di km 30-an. Ya, sebisa mungkin saya menahan rasa sakit itu. Untuk lari pelan saja sakit, apalagi mengejar rombongan di depan. Ketika menanjak jarak terpangkas. Ketika turunan jarak menjauh. Karena banyak turunnya, akhirnya saya hanya bisa melihat cahaya mereka saja. Sampai kemudian hilang!
Di sebuah pertigaan saya tertegun. Mencari-cari pita plastik putih-merah yang nyantol di pepohonan tidak juga ketemu. Kembali perasaan takut menyemburat. Namun saya mencoba tenang. Sampai ketemu yang ternyata mengarah ke jalur beton dan menurun! Di kejauhan terdengar suara anjing. Wah, dekat pemukiman dong. Jalur ini menurun terus sampai kemudian sampai di sebuah sungai. Tentu tak ada airnya karena ini sungai tempat lahar dingin mengalir. Jadi ada bebatuan dan pasir. Masalahnya, pita plastik tak tampak. Saya mencoba menyusuri tebing sisi kiri karena tebing kanan jauh dan ada cekungan. Mencari-cari marking tapi tak ketemu juga.
Akhirnya berhenti dan diam. Duduk di sebuah batu dan memandang ke atas. Bintang gemintang dan bulan separo seakan menjadi perantara diriku meminta bantuan kepada Yang Di Atas. Tak seberapa lama dua sorot lampu terlihat sedang turun menuju ke dasar sungai. Deja vu!
Bertiga kami kemudian mencari tanda dan ketemu. Pita itu ditaruh di atas sebuah batu besar dengan ditindihi batu. Letaknya di sisi kanan. Pantas saya tak melihatnya. Tanda itu mengarahkan kami ke jalan setapak menanjak menuju kerimbunan pohon pinus. Saya tambah semangat karena dari informasi marshal di WS6 tadi setelah sungai ini Tlogoputri tempat finish sudah dekat. Satu orang langsung ngacir sambil bilang, tinggal 15 menit.
Satu lagi saya baru ngeh, ternyata dia yang saya kasih Betadine ketika tangannya terluka. Saya pun membuntuti dia. Ketika akhirnya keluar dari jalan setapak dan masuk ke jalan aspal, titik finish tinggal sebentar lagi. (Setelah finish baru tahu kira-kira sekitar 1 km jaraknya). Kami pun langsung berlari berkejaran dengan binatang bernama COT. Seratus meter berlalu saya sudah keteteran. Namun tetap berlari dan baru sadar masih bawa trekpol organis (ranting pohon maksudnya). Pantas seperti ada yang “nggondeli”. Langsung saya buang saja dan sprint menuju titik finish.
Bersyukur ternyata masih di bawah COT. Tinggal tiga menit waktu habis. Uhhhhh …. saya langsung mencari tukang pijat. Begitu rebahan, semua otot kaki kram bergantian. Saya hanya bisa meringis menunggu tukang pijat yang sedang menangani teman yang di depan tadi.
Jika dihitung-hitung, momen itu hanya sekitar dua jam dari hampir 15 jam yang saya butuhkan untuk menyelesaikan Goat Run Trail Seri#2 Merapi. Namun, di penggal itu emosi saya teraduk-aduk. Mental benar-benar diuji. Nyali sudah entah pergi ke mana. Membayangkan jika sendiri tersasar sementara alat komunikasi praktis tidak ada. Ponsel mati, powerbank dah habis pula. Beruntung bawa priwitan, senjata pamungkas. Air minum juga habis.
***
Nyasar sepertinya menjadi kata yang sering saya dengar dalam lomba ini. Marking yang kurang eye catching menjadi penyebabnya. Eni Rosita, juara 2 kategori 42K wanita, mengaku kesasar sampai 6 kali. Aku sendiri sudah lupa berapa kali nyasar. Wong di kilometer awal saja sudah nyasar mengikuti rombongan depan. Akhirnya pada balik lagi.
Selain kesasar, ternyata total km tidak lagi 42. Ada info dari teman, karena menghindari daerah longsoran, rute dari WS5 ke 6 bertambah panjang sekitar 8 km. Pantas aku merasa sudah jauh berlari kok enggak menemukan WS. Padahal air sudah habis. Ditambah kesasar, berarti sudah lebih dari 50 km. Alias masuk kategori ultra nih. Atas dasar itu, COT ditambah dari 14 jam menjadi 15 jam.
Secara keseluruhan jalurnya menarik. Variatif. Dari menyusuri sungai pasir, menerobos jalan setapak yang sudah tertutup ilalang setinggi sekitar 50 cm, menuruni bebatuan penuh lumut, menapaki jalan aspal di pedesaan, dll. Di jalan setapak penuh alang-alang saya sempat nyungsep karena terantuk pohon. Naas, pas proses nyungsep itu, ujung kaki kanan menendang betis kiri. Alhasil langsung keram.
Beberapa tempat yang sulit didaki panitia menyiapkan webbing yang sangat membantu. Hanya saja, ada beberapa webbing yang tidak dikembalikan seperti semula. Dalam arti nglawer ke bawah. Ujung tali masih nyangkut di pohon penaut. Entah sengaja atau tidak, hal ini agak menyulitkan buat peserta di belakangnya. Beruntung saya membawa trekpol organis yang bisa digunakan untuk meraih webbing tersebut.
Sayangnya, webbing hanya disediakan di tempat nanjak. Di turunan tidak ada sama sekali. Padahal sangat membantu juga. Misalnya pas turun dari Pasar Bubrah (WS3). Saya sempat melihat dua peserta terpeleset yang berakibat luka di telapak tangan. Salah peserta juga tidak membekali dirinya dengan sarung tangan. Beberapa marking juga diubah, entah oleh siapa. Seperti di pertigaan sebelum WS4 (Babadan). Di sebuah pertigaan pita putih-merah terpasang di jalur yang berbelok kiri. Saya pun pakai logika saja, jika belok kiri akan putar balik. Jadi ambil kanan. Benar saja, tak jauh dari situ ada marking.
Sempat kena PHP dari WS4 ke WS5 yang dibilangnya sekitar 7 km. Ternyata di catatan jarakku jadi 12 km. Begitu juga dari WS5 ke WS6, yang kemudian baru tahu ternyata jalur diubah dari rute semula menghindari longsoran. Di jalur ini peserta harus menaiki dinding dam sabo dengan menaiki tangga terjal.
Di luar kekurangan tadi, marshal yang ramah dan isi WS yang berlimpah menjadi poin tersendiri bagi Goat Run seri Merapi. Minuman dan buahnya bervariasi. Saya tidak ikut seri Guntur sehingga tidak bisa membandingkannya.
Akhirnya, salam Mbeekk…! Semoga seri Raung lebih baik. Semoga bisa ikut juga.
Untung bawa Betadine. Kepakai buat P3K pelari yang sobek telapak tangan kanannya.
Menuju kawasan Deles Indah
Deja Vu … ternyata pernah ke sini
Tembakau sudah tinggi. Habis lebaran bisa dipetik nih!
Dari sebuah ketinggian. Nun jauh di sana tadi dilewati.
Merunduk biar tak terantuk ranting.
Nyungsep! Tapi tetep selfie dong …
Bunga abadi …
CP Pasar Bubrah
Ngesot turun dari Pasar Bubrah
Sisa-sisa kebakaran.
Saking sepinya, jualan ranjang bisa pakai motor.
Hadeuhh… untung gak fobia ketinggian.
suangar om…
wah, sangar2 tapi jebul finish terakhir saya hehe…makasih om sudah mampir ke blog saya Melewati kesulitan kita akan jaya. (Evelyn – Pearl Harbor) gussur.com
Wuihh,,, gemblung .. kui nek kesasar njuk piye kui…. top tenan kang,, salute…. kuat tenan mental mu…..
wis nyiapke sempritan aku. balik ke posisi awal trus tunggu SAR hehe Melewati kesulitan kita akan jaya. (Evelyn – Pearl Harbor) gussur.com