A Toy Called Troy

gussur.com – Duluuuuu … sempat naksir Fnhon Gust. Saat itu lagi pingin jajal ban 16. Kenapa Gust?

Sepintas mirip namaku, Gus(su)r. Kedua aku juga sepeda yang batangannya membulat. Kesannya klasik menurutku. Makanya naksir Boardwalk-nya Dahon juga. Ketiga, struktur rangkanya sederhana. Sekilas segaris lurus dari depan ke belakang.

Tapi senep juga ketika taksiran tak bersambut. Patah hati jadinya. Akhirnya jadi seperti rindu tapi benci. Tetap naksir lo… jadinya rindu. Bukan benci tapi rindu, yang seakan-akan dah ingin melupakan tapi gak rela juga hatinya.

Okelah … Gust hanyalah seonggok ingatan dalam relung benak. Tak bisa dibuang karena dibentuk dengan ikatan emosi yang sangat dalam.

Sampai kemudian muncullah “kw-kw”-nya. Sayangnya, kok pas harga sepeda seperti gak kenal sopan santun pada dompetku. Sempat nitip DP, eh bukan ding – bayar full di depan, demi bisa meminang kw-nya Gust. Namanya Troy, dari Element.

Berhari-hari tidak ada kabar bagaimana Troy harga khusus bisa aku pinang, jenuh juga menunggu. Iseng-iseng mengontak “pejabat” komunitas Bike To Work Indonesia yang memang bekerja sama dengan Element membuat seli 16 dengan nama Troy.

Dasar lagi rejeki, ternyata tak seberapa lama daat kabar masih adaTroy B2W harga khusus. Langsung aku transfer dan menunggu dalam hepi. Sekitar seminggu seli itu pun masuk ke rumahku.

Inilah upacara membuka kardus itu.

Uji kendara pertama langsung terkesan. Terkesan bingung hehe.. Soalnya beli sepeda lipat baru terakhir kali ya 11 tahun silam. Saat meminang Urbano generasi awal. Setelah itu membeli Dahon Speed bekas.

Kesan pertama, ternyata ban 16 tidak semungil yang saya bayangkan. Pengendalian masih enak. Buat gowes off saddle juga enggak ogal-agil amat. Kombinasi 53T depan dan 11-25T 10 sp di belakang cukup nyaman. Meski kalau sudah on fire terasa ngiciknya.

Nah, masalah baru muncul ketika mencoba buat menanjak curam. Rantai liar tak bisa dikendalikan. Entah RD yang gak kuat nahan kebandelan rantai, ataukah sprocket yang gak sabar menimang rantai. Entahlah.

Mencoba ngoprek sendiri, semampu yang saya bisa, ternyata tak menyelesaikan seluruh persoalan. Anteng di atas, eh loncat-loncat di bawah. Disetel agar diam di bawah, eh loncatnya pindah ke tengah. Sensah, oh Sensah. Bikin hati marah.

Mencari dukun sepeda handal, tak selesai juga loncat-loncatnya rantai. Akhirnya disetel loncatnya di bawah saja. Soalnya butuh Troy buat main tanjakan. Biar saja gak kenceng dikayuh karena cog 11 gak kepakai.

Uji coba pertama ke seputaran Sentul ternyata belum memuaskan. Untuk tanjakan nyengkrek ambyar nuga setelan. Gak di bawah, di atas pun loncat-loncat kayak tupai di pagi hari.

Akhirnya dirombaklah sistem penggerak roda. RD Sensah ganti Claris, cassete Shimano 10 sp turun jadi 9 sp (karena adanya itu) yang mau dimadu dengan shifter 8 sp karena adanya juga itu.

Persoalan shifting pun beres. Main di segala cog aman. Eh gak ding. Ada sedikit loncat di cog kecil. Awalnya mau mematikan cog kecil, tapi kok kayaknya ngicik banget dengan 13t. Akhirnya dicoba-coba supaya cog terbesar dan terkecil kepakai. Nah, loncatnya dari 7 ke 9.

Ketika dicoba untuk nanjak ekstrem tak bermasalah, aku pun ingin menguji ketangguhan Troy ini.

Bandung All Terrain Challenge 2020 pada 26 September menjadi ajang uji perdana Troy. Meski dengan perasaan was-was.

So… tunggu cerita selanjutnya.

Advertisement

2 Comments

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s