gussur.com – Sampai umur kepala 5 aku belum bisa berenang. Masa kecil kurang bandel kata temanku. Ya nggak juga sih. Dulu waktu kecil pernah belajar renang di selokan irigasi dam Kali Opak tak jauh dari rumah. Jauh juga sih ukuran zaman dulu. Sekitar 5 km dari rumah.
Beberapa kali belajar sendiri tetep nggak bisa juga. Mau kursus malu, juga karena konsistensi ke kolam renang dipertanyakan.
Tapi ajakan ikut triathlon ngawe-ngawe ketika usia justru memasuki kepala 5. Dasarnya, lari sudah “khatam”, sepedaan tak lagi ” menantang”. Triathlon?
Jadilan bulan Mei 2021 belajar renang ala kekinian. Modal Youtube, plus tanya-tanya teman. Sebagai pemula gaya katak. Belajar kaki, lalu belajar tangan, kemudian digabungkan. Hasilnya? Tiga empat kayuhan berhenti. Napas belum bisa memperpanjang kayuhan.
YouTube memberi tips. Setiap berhenti, cobalah belajar napas. Jadi kita menenggelamkan diri berulang-ulang sampai 10 hitungan. Setiap satu kali hitungan itu kita ambil napas pas kepala terangkat dan dihembuskan pas kepala di dalam air. Ambil napas tentu pakai mulut.
Cara itu membantu. Yang tadinya untuk mencapai jarak 25 m harus berhenti empat atau lima kali, kini dipersingkat tiga kali. Rutin kulakukan akhirnya bisa nonstop 25 m meski napas ngos-ngosan.
Kira-kira dua bulan intensif berlatif sampai kemudian bisa bolak-balik sepanjang kolam tanpa berhenti di tengah. Dari situ meningkat bisa menjadi 10 kali bolak-balik. Sampai akhirnya bisa menenpuh jarak 500m, 1.000 m, 1.200 m, dan 1.500 m. Yang terakhir itu dalam jangka waktu 1,5 jam. Lambat? Sooo pasti dong …
Nah, hari Proklamasi RI 17 Agustus 2021 memberiku ide untuk kenapa nggak menjajal triathlon saja? Renang 1,7 km, lari 8 km, dan sepedaan 45 km. Tantangannya adalah renang. Sepedaan atau lari meski pace santai bisalah selesai. Renang?
Pas 17 Agustus 2021, mendekati pukul 07.00 aku mulai lari. Kenapa lari duluan? Dapat jatah kolam renang pukul 11.00! Daripada lari dan sepedaan sore hari yang belum tentu akan kesampaian, mending renang ditaruh di bagian belakang. Kata banyak sumber, renang bisa jadi olahraga recovery. Pas kan!?

Lari niatnya ambil pace rata-rata 7,6. Biar pas dengan usia kemerdekaan. Nyatanya gak bisa. Salah setting di jam. Sempat kesakitan di dengkul karena kurang pemanasan. Selesai lari sekitar pukul 08.00. Siap-siap gowes. Ternyata ban kempes. Duh … mana pentil presto lagi. Akhirnya butuh waktu hanpir setengah jam persiapan gowes.
Nyari jarak 45 km di dalam kota ternyata susah juga. Aku pakai seli 16″ sehingga tak bisa kencang-kencang. Target pukul 11.00 selesai. Makanya enggak banyak berhenti. Sampai km 25 hanya berhenti saat lampu merah saja. Kemudian berhenti agak lama untuk loading di Indomaret Jalan Abdul Muis. Mengarah ke Kota Tua, kecegat lampu merah dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Berhenti lagi ketika melihat atraksi pesawat tempur dan rombongan helikopter yang membawa bendera merah putih. Km 45 tercapai setelah sekitar 2 jam mengayuh. Lebih dikitlah. Langsung siap-siap ganti celana renang dan menyiapkan minuman “penambah tenaga”.

Ternyata enak juga renang setelah beraktiviyas lain. Aku mencoba menikmati saja setiap ayunan tangan yang membentuk love dan jejakan kaki yang melebar ke samping.
Sempat mengalami kram jari kaki di km 1,5 yang membuatku ambil jeda sejenak. Setelah itu mencoba santai menyelesaikan sisa jarak. Saking santainya sampai lupa cek jarak. Tahu-tahu sudah 1725 m.
Tuntas sudah ProklamaTri pertamaku. Tapi masih kelas kolam renang dan total waktu yang tak diganggu Cut off Time!

Merdeka!!!!