gussur.com – Jangan paksa tubuh beraktivitas berlebihan. Kita sudah tua, tak usah cari gara-gara. Cari sehat, jangan sekarat. Begitu yang aku dengar ketika aku mencoba memaksa tubuh beraktivitas lebih dari biasanya. Nasihat-nasihat yang membuatku waspada meski juga semakin memberi semangat, sampai sejauh mana aku bisa membawa tubuh ini bergerak.
Di akhir tahun aku memperoleh momen untuk menguji batas tubuhku. Bermula dari lomba lari amal Run to Care (Kem)Bali 27 November 2021 sejauh 62,34 km, lalu virtual HM pada 5 Desember 2021 sejauh 23,72 km, disusul Maybank Marathon Anywhere pada 12 Desember 2021 sejauh 43,14 km, dan diakhiri virtual Final Battle UM ITB pada 19 Desember 2021 berjarak 50,88 km. Total lari di akhir pekan selama sebulan 180.08 km.
Di sela-sela akhir pekan itu tentu aku tetap menjaga kelenturan otot, baik dengan lari santai, berenang, atau bersepeda. Semua demi mempertahankan kebugaran.
Untuk mempersiapkan Run to Care, aku intensif lari nanjak. Soalnya aku kebagian jalur yang dominan nanjak. Kebetulan sering ke kampung halaman menengok dan merawat kedua orangtua yang sudah lansia, plus mengalami kecelakaan (bapak) serta pernah mengidap COVID-19.
Kampungku berlokasi di wilayah berbukit yang menyediakan ragam tanjakan.



Dari ketiga rute tadi, rute pertama (Gambar 1) sering aku lakoni. Hanya diselang-seling, jika sedang melatih nanjak maka pas nanjak berusaha konsisten lari di pace yang nyaman. Pas turun kadang lari kadang jalan. Begitu sebaliknya, pas latihan turunan konsisten lari di pace nyaman. Lalu sekali aku lakukan keduanya, lari konsisten baik pas nanjak atau turun.
Rute kedua, Gambar 2, aku lakukan jika tak banyak waktu. Kadang sore hari ketika pagi banyak kerjaan. Di rute ini ada warung, yang akhirnya pemiliknya tak tahan berkomentar ketika melihat aku lari bolak-balik kayak kurang kerjaan. Ya aku bilang saja lagi pingin nyari keringet.
Nah, untuk rute ketiga (Gambar 3), aku jadikan uji latihan. Melatih endurance sekaligus kekuatan otot untuk menanjak dan menurun. Rute menurun ini sama seperti rute menurun di Gambar 1. Jalurnya relatif adem karena melewati hutan yang cukup pepat.
Selain latihan lari nanjak dan turun, aku juga kembali latihan kekuatan otot. Meski enggak seintensif ketika ikut challenge akhir tahun. Sekadar squat, push up, burpees, dan jongkok bersandar tembok.
Hasilnya?

Terlihat di garis biru, pace cenderung konstan, meski bergejolak ketika mulai menyentuh km 15. Leg 2 ini start pukul 09.00 dari Toko Oleh-Oleh Krisna Gianyar menuju SMA I Payangan Gianyar dengan menjenguk Danau Batur. Pusat hidrasi (WS) per 13 km. Sewaktu sampai WS 2 hujan deras mulai mengguyur sampai di puncak rute.
Sempat melakukan stretching di WS 2 ini, sebelum akhirnya menembus hujan menuju Danau Batur dan turun ke SMA 1 Payangan. Masih bisa konsisten lari sampai km 20-an sebelum akhirnya mengambil jurus lari-jalan.


Turunan masih bisa menikmati dua pertiga rute tersisa. Sepertiganya pakai jurus jalan-lari lagi. Soalnya ada tanda-tanda mau blister. Aku membawa kaos kaki cadangan sebenarnya. Tapi jarak yang tinggal 10-an km bikin badan malas berhenti, duduk, membuka sepatu, mengganti kaos kaki, dan beberes lagi. Takut keenakan berhenti dan malah akhirnya keterusan. Akhirnya sampai di SMA 1 Payangan sekitar pukul 18.00. Jarak total 62,34 km.
Usai finish Run to Care otot-otot kaki masih kontraksi meski sudah minta terapi. Mencari terapis khusus yang disiapkan teman-teman tidak bertemu, akhirnya aku memakai terapis panitia. Bisa ditebak kurang maksimal karena bisa jadi kelelahan atau terapis yang belum berpengalaman. Alhasil aku kram di velbed CP 2 di SMA 1 Payangan ini. Setelah reda baru makan malam.
Kembali ke penginapan langsung stretching lagi dan mandi air anget. Badan jadi segar kembali dan ketika leg 3 butuh tim support maka aku pun menyanggupinya. Itung-itung sekaligus istirahat di mobil.
***
Sepertinya sudah bisa swa-stretching dengan benar sehingga Selasa sudah bisa lari santai lagi. Sabtu sore melemaskan kaki dengan gowes santai ke pembukaan warung Mas Nug di Ciledug. Pulang pergi sekitar 36 km.
Minggu paginya mencoba long run, dapatlah HM lebih sedikit.

Selain dengan berenang dan bersepeda, aku juga mengasup makanan tinggi protein sekaligus karbohidrat. Buat nabung tenaga virtual Maybank Marathon minggu depannya. Jadi long run ini sekaligus latihan buat MMA itu, yang kebetulan aku ambil kategori FM.
Awalnya mau lari bersama teman di kawasan Bintaro. Tetiba saja kok berpikir malas kembalinya. Akhirnya memutuskan lari di Jakarta saja.

Target kali ini 6 jam. Mengingat pingin berlari dalam rezim HR. Aku mematok 140 untuk HR kali ini. Pemilihan rute relatif datar. Cuaca sedikit mendung, tapi beranjak siang mulai muncul matahari. Self support, jadi ya WS kupatok per 10 km. Dalam beberapa latihan lari aku mencoba minum setelah 10 km meski tetap membekal air. Menjelang km 20 bertemu teman yang belajar fotografi di kawasan Kota Tua. Ngobrol cukup lama. Sesuai target aku berhenti agak lama di WS 3.
Rute FM ini banyak di trotoar sehingga sedikit kurang nyaman di kaki tapi aman bagi badan dari ancaman kesenggol atau ketabrak kendaraan. Kasih bonus 2 km, akhirnya finish juga sesuai target jam dengan HR rata-rata 131.
***
Aku merasa nyaman saja meski VO2 Max drop dari 47 ke 43. Makanya agak termotivasi untuk ikut lomba UM ITB yang offline Bandung – Cirebon. Ikut yang relay 2. Karena Sabtu ada acara pagi maka aku memilih leg 2 yang jaraknya 75km. Apa daya tanggal-tanggal itu kepala sedang bertanduk dengan pekerjaan. Jadilah batal dan beralih ke virtual Tim 2 berjarak 100 km. Jadi lari 50 km pada tanggal 18 – 19 Desember 2021. Aku memilih lari di 19 Desember.
Karena terbelenggu pekerjaan, jadinya aku cuma bisa lari santai saja. Jarak tak lebih dari 15 km. Harusnya diimbangi dengan renang dan sepedaan. Tapi mana sempat??? Ditambah jam tidur yang kurang (dua malam menjelang lari aku hanya tidur kurang dari 5 jam), aku sudah was-was akan ada drama dalam lari pamungkas ini.
Akhirnya pas hari H aku mencari rute yang relatif flat. Muter Monas sampai km 20 terus lanjut ke GBK menghabiskan sisanya. Benar saja, efek kurang istirahat dan cross training langsung terasa. Baru menapak di pal 5 km saja betis sudah meringis manja. Aku mencoba lari santai, memelankan pace. Sukses sampai km 20 mengelilingi Monas dengan pit-stop di Alfamart Gambir.
Perjalanan ke GBK sudah compang-camping. Agak menyesal memakai jersey berlengan. Basah keringat bikin gak nyaman. Juga vest seperti memberatkan saja. Efek kurang istirahat mulai terasa. Makanya, ketika sampai WS 2 km 30, aku ngopi dan rebahan. Untung ada karton bekas kardus Aqua di lapak tempat aku ngopi.
Terasa benar kopi dan rebahan tadi. Meski harus muter-muter di taman-taman sekeliling ring luar GBK mencari tempat adem, sampai juga di WS 3 km 45. Serasa sudah finish saja. Tapi, kali ini kaki, terutama betis, seperti sudah menembus batas lelah. Tanda-tanda kram mulai terasa.







***
Ketika merendam kaki di genangan air dingin, aku masih melihat pergerakan otot-otot di betis. Sesekali aku mencoba mengurut. Menjadi mendingan tapi tetap saja sampai Senin keesokan harinya betis masih pegal. Baru di Senin malam betis berangsur normal.

Dari grafik-grafik tadi terlihat masih banyak PR jika ingin mengejar tiga digit tahun depan. Terutama cadence perlu ditingkatkan. HR sudah nyaman di angka 130-an. Semoga dengan rutin berlatih pace bisa meningat sambil tetap mempertahankan HR.
Selamat menatap penghujung tahun. Resolusi tahun depan: tiga digit dan triathlon.
Keren pengalaman larinya, saya paling jauh 25 km mas itupun sudah ga pernah lagi. Sekarang, saya cukup rutinkan 2-3 kali seminggu. Semoga bisa FM suatu hari
Makasih… Ada kalanya naik turun motivasi lari. Tapi baca2 artikel ternyata “kekuatan otot” cepat turun kalau gak dilatih rutin. Jadi sayang kan…