Grandprix Night Run, Tersteril dan Teraman

gussur.wordpress.com -Motivasi saya hanya satu, menjajal lintasan Sirkuit Sentul dengan tapak kaki. Ya, kapan lagi bisa menjajal sebuah sirkuit bertaraf internasional dengan telapak kaki? Jadi meski diledek soal per-EO-annya, saya cuek saja.

Sebenarnya kondisi kaki belum fit benar. Bagian dengkul kaki kiri sakit karena salah posisi pas membantu mertua duduk di kursi malas pada Minggu tanggal 1 Desember 2013. Hari Selasa mencoba lari di GBK. Meski masih terasa sakit namun bisa lari sepanjang 5,5 km.

Entah dorongan apa, tiba-tiba saja saya minta diubah dari 3 laps menjadi 5 laps. Bisa jadi karena pertimbangan ini lomba lari terakhir di 2013, saya pingin habis-habisan. Atau karena medalinya yang (terlihat) bagus untuk 5 laps?

Start molor 30 menit karena persiapan belum selesai. Waktu ke sirkuit sekitar pukul 18.30 gerbang start masih diperbaiki lampunya. Alhasil banyak yang sudah masuk tempat start pada duduk-duduk di aspal atau di pagar pembatas. Soalnya begitu masuk start tak bisa keluar lagi ke pit. Akan mengacaukan sistem pencatat waktu.

Kembali mengumandangkan lagu Indonesia Raya, plus pidato dari panitia. Lalu ada tarian akrobatik yang hanya bisa ditonton barisan depan saja. Yang belakang paling kebagian ketika mereka melompat-lompat tinggi. Pas melompat tinggi itu ada yang bertanya, “Emang di bawah ada apa kok berani lompat setinggi itu?”

***

Start termasuk unik karena seperti lomba balap motor atau mobil. Ya, menggunakan lampu start merah – hijau.

Begitu lampu hijau peserta langsung kegirangan berlarian. Jangan bayangkan seperti sirkuit jalan raya Singapura di malam hari yang terang benderang. Di garis start saja yang terang benderang. Itu pun cuma satu sisi.

Selebihnya adalah lampu sorot di beberapa titik. Saya tidak memperhatikan betul berapa jarak antarlampu, namun di setiap tikungan pasti ada. Namun banyak lintasan yang gelap. Namun tak perlu takut sebab di tempat gelap itu ada tentara yang berjaga. Kalau tidak ya polisi. Kadang kaget juga pas lari sendiri tiba2 ada dengar obrolan orang di pinggir lintasan. Eh ternyata Pak Tentara atau Pak Polisi hehe …

Selain aman, lintasan juga steril. Tak ada gangguan dari orang lain. Terlebih setelah dua lap. Mau lari zigzag juga silakan. Bahkan ketika memasuki lap ke-3, kadang jalan selebar 15 m itu hanya berisi satu dua orang yang berlari saja.

Memang banyak yang berkomentar menjemukan setelah tiga lap. Bahkan ketika sedang “berlari dengan hati” karena dengkul kiri tak bisa diajak kompromi, saya ditanya seorang peserta, “Pak, kalau yang hijau begini (nomor dada dibedakan berdasarkan warna: putih 1 lap, biru 3 lap, dan hijau 5 lap – gsr) masih berapa lap ya?”

Saya perhatikan orangnya dan langsung menebak dari angkatan. Benar saja. Saya tanya sudah berapa kalung yang diperoleh? Tanpa menjawab dia menunjukkan kalung2nya. Ada tiga yang tergantung di lehernya. (Setiap melintasi titik start peserta dibagikan kalung berwarna-warni. Biru, hijau, merah, kuning).

“Masih dua lap lagi Pak,” jawabku.

“Saya sudah jarang berlari,” katanya seperti menjawab keheranan saya.

Tak lama kami mengobrol sebelum kami berlari dengan irama  masing-masing.

***

Memasuki km 10 kaki mulai tak bisa diajak kompromi. Dengkul kiri mulai memberi sinyal untuk menurunkan pace. Mencoba memaksa ternyata tak membantu sampai akhirnya berhenti berlari dan berjalan.

Dua lap terakhir benar-benar lari melawan diri sendiri. Lari, jalan, berhenti, lari lagi. Sudah tidak ingat posisi ada di mana, sudah berapa km terlewati. Yang jelas hanya mengingat toilet di pinggir lintasan. Soalnya, setelah toilet itu adalah garis start.

Sempat gerimis yang membuat aku khawatir kalau turun hujan deras. Soalnya, di ujung sana, sesekali terlihat kilatan petir menyeruak di kegelapan.

Setiap melintasi water station, selain minum juga mengguyur kaki – terutama dengkul kiri. Lumayan membantu.

Dengan tertatih-tatih finish juga akhirnya.

Tapi, mana pisang? Yang ada hanyalah dikasih dua botol air mineral dan kotak snack. Berhubung lapar terima saja kotak itu dan mencari tempat istirahat.

Setelah membuka kotak ternyata ada 1 pisang, 1 lumpia, dan 1 onde2. Hehe… baru kali ini habis lomba dapat makanan seperti ini. Biasanya pisang dan air mineral saja.

Ini merupakan lomba lari tutup tahun bagi saya. Istirahat dulu menyembuhkan cedera dengkul kaki kiri.

Sampai jumpa di lomba lari tahun depan. Sepertinya target berpindah ke lain lintasan.

Grandprix Night Run (NB) by aursas at Garmin Connect - Details - 2013-12-08_11.52.41.png

Advertisement

2 Comments

  1. Kemarin tidak ketemu ,saya jam 7.15 PM masih kena macet di jalan toll.tapi sukur lah di undur jadi jam 7.30PM masih sempat start bareng.walaupun di garis belakang.yg pd akhirnya finish juga dlm waktu 2 jam satu menit..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s