Borobudur Marathon 2016 Yang Jauh dari Harapan

gussur.com – Di luar beberapa minus seperti Pos Minum dengan air mineral dalam gelas tapi tak dikasih sedotan plus tak memakai timing chip, saya terkesan dengan Borobudur Half Marathon tahun 2015. Makanya begitu ada seri 2016 saya daftar di FM. Harapannya kekurangan 2015 dibenahi.

Apalagi race 2016 ditangani EO. Tak lagi Pemda. Bisa ngalahin Bali Marathon. Saya juga merekomendasikan teman2 untuk ikut Borobudur Marathon (BorMar).

(Saya tidak mengikuti perkembangan soal BorMar dan baru tahu bahwa panitia sempat memasarkan BorMar dengan membandingkannya dengan Bali Marathon dan Jakarta Marathon)

Bangunan harapan itu ternyata pelan2 runtuh. Bukannya tumbuh.


Bermula dari pengambilan race pack yang menimbulkan antrian panjang. Dengan jumlah peserta ribuan pengambilan RCP hanya digawangi 3 laptop sebagai pintu penapisan pertama.

Saya datang ke Artos sekitar pukul 12.00 dan sudah ada antrian dua baris sepanjang sekitar 10 m. Belum terlalu panjang.

Masalahnya, dari dua baris ini antrian ternyata menjadi satu baris. Tidak ada yang mengatur soal antrian ini. Hingga pada suatu masa baris satu lebih cepat dari baris lainnya. Setelah disepakati bergantian baru pergerakan barisan relatif berbarengan.

Keruntuhan harapan di pengambilan RCP lainnya, panitia tidak siap dengan ukuran kaos. Pas saya mau mengambil kaos, petugas bilang ukuran S dan M kosong. Kalau mau nunggu nanti sore.


Walah… emange saya suruh bolak-balik Muntilan-Artos atau jadi zombie di mal?

Berlanjut ke waktu start. Entah kurang teliti atau emang gak ada, saya menyerah mencari informasi waktu start di dalam RCP. Nyari di situs BorMar juga perlu ketelitian untuk menemukannya. Ternyata FM pk. 05.00, HM 05.30, 10K 06.00.

Ternyata waktu start molor. Sebelum itu tidak ada kejelasan dari mana arah start. Semua kategori ngumpul di barisan depan sebelum ditertibkan MC.

Start 5.38. Itupun setelah Pak Gubernur tidak mau memberi sambutan meski MC memberi kesempatan. Harusnya MC prihatin dengan peserta dan langsung menyuruh Pak Gubernur melepas peserta. Gak usah sungkanlah….

Jalur start sempit diperparah dengan serombongan peserta berjersey hijau ngumpul di sisi kanan. Entah apa maksudnya. Jadinya pergerakan peserta jadi terhambat.

Drama berlanjut dengan salah jalur. Harusnya ke kiri malah ke kanan. Saya tidak tahu mengapa rombongan depan ambil jalur lurus memutar. Padahal sempat melihat tanda Borobudur Marathon ke arah kiri. Hanya saja tanda ini dipasang di kanan jalan.

Ya sudah ikut saja. Seingatku dulu jalur HM seperti ini juga. Tapi kok tiba-tiba saja melihat plang jarak tertulis KM 42. Padahal barusan lihat plang jarak KM 2. Dan …. ternyata balik ke titik start lagi hehe… Peserta 10K dan HM pada keheranan.


Di kilometer awal ini masih ada beberapa peserta non-FM ikut start bareng. Dikiranya startnya semua berbarengan. Dilihat dari tampang sih mereka para pelajar yang baru pertama kali ikut lomba lari. Sepertinya MC kurang sering mengulang soal aturan start ini.

Pos Minum FM baru tersua di km 6. Padahal panas sudah terasa. Untung terhibur dengan jalur yang melewati perkampungan.

Soal pos minum ini agak lucu juga. Entah menurut peserta lain. Pos minum air mineral berjarak cukup lumayan dari pos minum air isotonik. Lalu air isotoniknya tidak dingin. Padahal enakan dingin lo minumnya hehe…

Selain itu tidak disediakan tempat sampah untuk menampung gelas plastik bekas minum peserta. Alhasil gelas2 itu berserakan di pinggir jalan selepas pos minum. Nah, dengan dua pos minum berjauhan, bisa dibayangkan capeknya petugas kebersihan.

Soal jalur, saya berharap lebih banyak mengeksplorasi keindahan pedesaan di Magelang. Tapi bisa jadi panitia susah mencari jalur yang tidak turun naik. La di km 10-an saja rute melewati turunan dan tanjakan yang curam.

“Pindah ke gigi satu,” teriak peserta yang terengah-engah menaiki tanjakan.


Jalur melewati pasar juga menjadi catatan tersendiri. Selain menggoda untuk membeli makanan dan minuman, jalurnya kurang steril. Entah untuk rombongan depan. Pas saya melintas jalurnya ramai oleh pengunjung dan lalu lalang motor atau mobil.

Jadilah sebagian rute FM melewati jalan raya lintas kabupaten yang dilalui bus dan truk. Sempat terkejut saat dilewati bus yang begitu dekat. Terpaksa pindah ke bahu jalan yang tidak rata dengan akibat kaki terkilir.

Tapi patut diapresiasi polisi dan petugas yang mengatur jalanan. Juga masyarakat yang bisa mengerti akan ada kegiatan ini. Hampir tidak ada umpatan atau klakson dari pengguna jalan yang disetop untuk memberi kesempatan pelari melintas jalanan.


Saya sempat berharap di jalur FM akan ada banyak hiburan dari masyarakat seperti jalur HM BorMar 2015. Nyatanya nihil. Ada kesenian tradisional tapi ternyata ditanggap orang yang lagi hajatan.

FM kali ini catatan saya sejam lebih lambat dibandingkan FM di Bali Marathon. Selain hawa panas, kaki juga gak bisa diajak kompromi. Praktis selepas km 35 saya jalan kaki karena untuk lari betis kanan terasa sakit.

Seorang teman menghibur, bayar murah kok mau dapat yang mewah…

Ah, sudahlah….

2 Comments

Leave a comment